Selasa, 06 Mei 2014

Sore Itu

      Seperti sore biasanya, putih awan yang mulai membaur bergradasi dengan jingga, matahari yang ingin tertidur, sudut kota dengan dinginnya yang sangat serasi untuk memesan bir di Serdtse (nama bar kecil didaerah Nizhny Novgorod).

“aku tadi mendapat pesan singkat dari Elka” ujar Lomov.
“temanmu yang juga illustrator itu? Bagaimana kabarnya?” tanya Sprokov.
“Right! Keadaan fisiknya sih baik-baik saja, namun bertolak belakang dengan psikis. He is totally in his own pinky side” jelas Lomov setelah menenggak bir.
“I cannot explain more than what Abraham Maslow have already said” terang Lomov lagi.
“Ah! Cukuplah kau sebagai pemikir. Thinker is extremely suck! Hahaha…” goda Sprokov seraya mengangkat botol birnya.

“Damn!!! Lover like you only a lover. Yippy, lonely Lover” ejek Lomov menggoyangkan botol birnya.
“oh Shakespeare, why are you writing Sonnet too much. Ah, kehidupan pujangga seperti inilah. Fiuwiit….” Siul Sprokov ketika melihat wanita melintas dihadapannya. “Tahukah kamu? Pinky Side si Elka yang kau bilang tadi tak akan berjalan juga dengan apa yang kau telah jelaskan tentang teori Abraham Maslow ke dia. Ketahuilah, jarak otak dan hati itu jauh, sangat jauh sekali. Kita analogikan! Lihatlah botol bir ini! Dalam kasusnya antara otak dan hati. Dengan otak, kamu bisa mengukur semua yang kamu lihat. Massa, volume, formula dan berat jenis” jelas Sprokov
“benar sekali” singkat Lomov
“bagaimana dengan rasa? Rasa itu perkara hati. Gunakan logikamu, wahai sang pemikir” tanya Sprokov
“hmmm… masih bisa! Mengukur tingkat kepahitannya!” tegas Lomov
“benar sekali, karena ini bukan rasa tentang apa yang ada didalam hati. Karena masih memakai otak, semua bisa diukur” santai Sprokov
“terus bagian apa yang ada dalam bir ini yang mencerminkan hati” Lomov bertanya penasaran
“minumlah” suruh Sprokov
“apa? Bir ini?” tanya Lomov dan kemudian meminumnya setelah anggukan Sprokov
“sudah. Lantas?” penasaran lagi Lomov
“rasakan, bukan pahitnya, bukan juga rasa gandumnya, rasakan lagi. Kemudian… aku mau tanya… kenapa kamu meminum bir itu?” tanya balik Sprokov
“kenapa ya! Hmm… karena aku suka dengan bir” yakin Lomov
“kenapa kamu suka?” senyum Sprokov
“hmmm… kenapa ya… ya memang suka saja” bingung Lomov
“jawaban yang tolol sebagai pemikir sepertimu. Jawaban yang tidak menjawab. Hahahahaha” tawa Sprokov. “ayo pulang” ajak Sprokov kemudian berdiri
“eh ini belum habis” gelisah Lomov

     Sore yang dingin sekali, salju yang tak terlalu lebat namun siapa yang keluar rumah memang sewajarnya memakai pakaian berlapis-lapis. Mereka berdua berjalan disepanjang trotoar, menghisap rokok, dan melanjutkan perbincangan yang belum selesai.

“teori itu ada kalanya benar dan terkadang juga tidak bisa diharapkan atau digeneralisasikan ke semua orang. Kita hidup engga selamanya berjalan dengan logika. Semua logika itu melahirkan asumsi-asumsi yang terus menjebak kita untuk bergerak” ucap Sprokov
“contoh kasus si Elka, dia sekarang dalam posisi sedang jatuh cinta. Kemudian wanita yang dicintainya adalah seorang musisi terkenal. Benar khan?” tanya Lomov
“maksudmu seorang vokalis?” jelas Lomov
“apalah itu, yang jelas wanita itu seorang yang famous. Menurut Abraham Maslow, What a man can be, he must be. Nah kelirunya, dalam teori ini orang tidak mengenal apa yang disebut merasakan. Apa yang dilakukan ELka menurutku benar sekali, dia diam dan sadar diri dimana wanita itu sedang dalam popularitasnya. Karena Elka menggunakan hatinya, dia tahu bagaimana kapasitas dia, dan siapa diri dia sebenarnya. Jika dia mengikuti teori Maslow, otomatis dia akan bangkit menerjang standar kapasitas dirinya. Kebenarannya mungkin terletak didalam Self Actualization saja, he must be fulfilling personal potential, tapi  ini yang rada rawan” menggebu-gebu Sprokov menjelaskannya.
“bukannya itu bagus? Kita mengembangkan bakat kita sendiri?” tanya Lomov
“Tanpa sadar terkadang ini yang membuat orang terjebak, orang akan dengan sengaja merombak dirinya hingga lupa saiapa akan dirinya” jelas Sprokov
“jelas Elka benar,dia tidak memaksakan dirinya untuk mendekati Vokalis itu. Dia tahu siapa saja yang akan mendekati wanita itu, seperti apa perjuangan orang lain yang potensinya jauh diatas Elka” tambah Sprokov dengan menatap Lomov
“katakn kepadanya, cara Elka sekarang sangatlah bagus. Jangan putus asa, kasi dia cara.” Ucap Sprokov
“bagaimana caranya?” tanya Lomov penasaran
“hmm.. bilang kepadanya. Percayalah dengan apa yang disebut dengan doa” senyum Sprokov

     Kemudian mereka sampai di tempat untuk menunggu Tramp. Sembari menghisap dan menghabiskan rokoknya, mereka menunggu kedatangan tramp. Sore yang begitu dingin, begitu berarti untuk Lomov saat itu.

“baiklah aku akan katakana kepadanya” yakin Lomov
“hhahahahahaha kenapa pemikir logika sepertimu percaya hal yang tidak kasat mata?” tawa Sprokov
“lhoo” heran Lomov

     Tramp sudah datang, saatnya mereka kembali ke apartemen.

“ayo naik. Tapi…  aku juga mengagumi vokalis kok”ucap Sprokov
“hahahahahahahahaha” tawa mereka berdua

0 komentar:

Posting Komentar