OMBAK
YANG TAK TERDENGAR
Seperti
Beethoven disaat mengatur nada dalam simfoninya, aransemen magis dari seni
lantunan lagu yang menjadi karya yang tak tergantikan. Tapi dia tak bisa mendengar, semua tak ada nada disekitarnya, kepercayaan diri
dari tuntunan semesta. Nada yang hanya terlihat dari gerak manusia, gerak
kehidupan dan gerak cinta.
Seperti
aku saat ini, meski aku membuka mata tetapi tetap gelap, tetap tak terlihat.
Aku butuh lilin, aku butuh lampu ataupun aku butuh bintang. Tak ada suara juga,
bagaimana aku mendengar jika hanya gelap yang terlihat? Bagaimana aku melihat,
jika tak ada nada yang terdengar. Ini bukan malam, ini bukan dalam penjara bagi
tahanan yang tak ada lagi ampunan. Aku dimana? Aku dimana? Aku berada dimana
sekarang? Ada cahaya datang…
Pagi
ini aku berada dipinggiran pantai yang indah, hari pertama setelah kemarin
malam datang untuk melepas semua kesibukan yang membekukan otak. Sembari menghisap
rokok dan menyanyi kecil, nadanya mulai membuatku melamun.
“Kita
pulang kapan?” Tanya nizal
“Santai
aja dulu ya, besok atau lusa. Persediaannya masih banyak khan?” Aku menjawab
pertanyaannya yang kagetkanku