Seperti yang tak pernah percaya
Aku kembali berhadapan dengannya
Aku kembali berada didepannya
Aku kembali bertemu berdua
Dalam sebuah bingkai persegi
Dalam satuan yang tak presisi
Dalam kesiaman berdiri
Dalam makna berarti
"Kita bertemu kembali"
*Kita bertemu kembali*
"Apakah kita sama disini?"
*Aku tak tahu lagi*
"Dia disana dengan siapa?"
*Kenapa kau tanya?*
"Apakah kita sama?"
*Aku tak tahu apa*
"Siapa yang dia cium?"
*Mungkin bunganya yang sekuntum*
"Kekasih yang dia datangi menganggapnya sesuatu yang ranum "
*Rencana yang dibuatnya tinggal menunggu kumpulan momentum*
Ketika mata ini tak mampu menatap
Ketika pula hati tak berharap
Getir untuk berucap
Sama seperti banyaknya rindu yang hinggap
"Bagaimana jika dia dengannya bertukar keringat?"
*Tentu saja itu sesuatu yang hebat*
"Jawabanmu sungguh tepat"
*Kau yakin dengan banyak godaan membuat otak berat*
"Baiklah, Aku memanggilmu Tuan"
"Aku tak memanggilmu Tuhan"
"Aku memanggilmu Tuan"
"Bagaimana beban ini akan menjadi Ringan?"
*Baiklah, Aku juga memanggilmu Tuan*
*Tuan, kau rindukan pelukan?*
*Tuan, kau rindukan ciuman?*
*Tuan, kau rindukan ciuman?*
"Bagaimana aku bisa melupakan harum nafasnya yang terasa!"
"Tak mungkin hangat peluknya aku biarkan lepas disana!"
*Tuan! Kau marah kepadanya?*
"Jangan sampai keringatnya meleleh menyatu dengan dia disana!"
*Tuan! Kau kenapa?*
Seperti kerumunan lebah
Bersuara berisik jadikan semua musnah
Sebenarnya kosong adalah sesuatu yang bertuah
Aku lupa jika ini memang keyakinan yang salah
Didepanku seperti yang tak pernah percaya
Aku masih berhadapan dengannya
Aku masih berada didepannya
Aku masih bertemu berdua
"Pergilah! Aku tak suka denganmu!"
"Kau tak semestinya mengganggu!"
"Kau tak juga harus disitu!"
"Hah!!! Kau!!! Kau.... Palsu!!!"
Hantaman dalam sebuah bingkai persegi
Kehancuran dalam satuan yang tak presisi
Puing-puing dalam kesiaman berdiri
Aku sadar dalam makna berarti
Kemudian aku tahu
Sesuatu didepanku
Kemudian aku tahu
Hilangnya aku.